Puisi Sajak Tangga Karya: Taufiq Ismail. Sajak Tangga Empat puluh sembilan tangga kemiskinan Hari panas Lima puluh sembilan tangga kemiskinan Puisi: Tanah Air Mata (Karya Sutardji Calzoum Bachri) Puisi: Yang Paling Menakjubkan (Karya Sapardi Djoko Damono) Puisi: Ibu (Karya Chairil Anwar)

Tanah airmata tanah tumpah dukaku mata air airmata kami airmata tanah air kami di sinilah kami berdiri menyanyikan airmata kami di balik gembur subur tanahmu kami simpan perih kami di balik etalase megah gedung-gedungmu kami coba sembunyikan derita kami kami coba simpan nestapa kami coba kuburkan duka lara tapi perih tak bisa sembunyi ia merebak kemana-mana bumi memang tak sebatas pandang dan udara luas menunggu namun kalian takkan bisa menyingkir ke manapun melangkah kalian pijak airmata kami ke manapun terbang kalian kan hinggap di air mata kami ke manapun berlayar kalian arungi airmata kami kalian sudah terkepung takkan bisa mengelak takkan bisa ke mana pergi menyerahlah pada kedalaman air mata Analisis Puisi karya Sutardji Calzoum Bachri mengandung unsur estetis/keindahan dari kata "AIR MATA". Kata ini menggambarkan keadaan bangsa indonesia yang sering meneteskan air mata. Puisi ini diciptakan untuk menguak kenyataan yang terjadi pada masyarakat kecil yang tak berdaya. kehidupan masyarakat kecil yang tertindas oleh pengusa-penguasa. Menurut saya Sutardji Calzoum Bachri menggunakan majas dalam penulisan puisi ini menggambarkan kehidupan rakyat kecil yang hidup di daerah penguasa yang tertindas karena para penguasa yang memakan uang rakyat, hingga hidup masyarakat kecil yang dibawah.

Sumber Pahlawan dalam Puisi (1979) Puisi: Tengku Cik di Tiro. Karya: Sides Sudyarto D. S. Biodata Sides Sudyarto D. S.: Puisi: Tanah Air Mata (Karya Sutardji Calzoum Bachri) Puisi: Tentu. Kau Boleh (Karya Sapardi Djoko Damono) Puisi: Menyesal (Karya Ali Hasjmy)

SutardjiCalzoum Bachri tujuh gajah cemas meniti jembut serambut tujuh semut turun gunung terkekeh kekeh perjalanan kalbu 1976-1979 sajak-sajak: Sutardji Calzoum Bachri Date: Wed, 17 Nov 1999 01:27:04 -0800 Mailing List MSI Penyair Pengirim Nanang Suryadi JEMBATAN Oleh : Sutardji Calzoum Bachri
SutardjiCalzoum Bachri Sedalam-dalam sajak takkan mampu menampung air mata bangsa. Kata-kata telah lama terperang- kap dalam basa-basi dalam teduh pekewuh dalam Isyarat dan kilah tanpa makna. Maka aku pun pergi menatap pada wajah orang berjuta. Wajah orang tergusur Wajah yang ditilang malang Wajah legam para pemulung yang memungut remah-remah pembangunan Wajah yang hanya mampu menjadi sekedar Puisi Mata Sunyi Karya: Joko Pinurbo. Tempat terindah untuk cuci mata ialah matamu: mata sunyi yang memancar di balik keriuhan hari-hari dan keramaian kata-kata. Matamu: rona langit jam lima pagi, masa kanak yang terlahir kembali, doa cerah seorang bocah, kecantikan yang hangat dan rendah hati, warna hujan di cerlang senja, lampu tidur yang

SutardjiCalzoum Bachri, "Kredo Puisi". Kekhasannya tersebut mengundang reaksi dari berbagai kalangan. Sutardji menegaskan sikapnya dalam "Kredo Puisi" yang ia tulis pada 30 Maret 1973. Ia ingin membebaskan "kata dari makna.". Kata dibebaskan dari bebannya sebagai pembawa pengertian.

Diterjemahkanoleh: Sutardji Calzoum Bachri. Karya asli: David Diop. Biodata Sutardji Calzoum Bachri: Sutardji Calzoum Bachri lahir di Rengat, Indragiri Hulu, Riau, pada tanggal 24 Juni 1941. Sutardji Calzoum Bachri merupakan salah satu pelopor penyair angkatan 1970-an.

BiodataGunoto Saparie: Gunoto Saparie lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan formal yang ditempuh adalah Sekolah Dasar Negeri Kadilangu, Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Pertama Negeri Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Ekonomi Atas Negeri Kendal, Akademi Uang dan Bank Yogyakarta, dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. 86Ta6Y.
  • 6myv1yf00s.pages.dev/21
  • 6myv1yf00s.pages.dev/120
  • 6myv1yf00s.pages.dev/60
  • 6myv1yf00s.pages.dev/306
  • 6myv1yf00s.pages.dev/385
  • 6myv1yf00s.pages.dev/61
  • 6myv1yf00s.pages.dev/257
  • 6myv1yf00s.pages.dev/131
  • puisi tanah airmata karya sutardji calzoum bachri